Klasifikasi: Akidah . Nama dan Hukum . Kekufuran .
+ -

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:
«لاَ يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالفُسُوقِ، وَلاَ يَرْمِيهِ بِالكُفْرِ، إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ، إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ».

[صحيح] - [متفق عليه] - [صحيح البخاري: 6045]
المزيــد ...

Abu Żarr -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa dia telah mendengar Nabi ﷺ bersabda,
"Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan atau kekafiran, melainkan kalimat tersebut akan kembali kepadanya jika orang yang dituduh tidak seperti itu."

[Sahih] - [Muttafaq 'alaihi] - [Sahih Bukhari - 6045]

Uraian

Nabi ﷺ mengingatkan bahwa orang yang berkata pada yang lain: Engkau fasik atau engkau kafir; jika orang tersebut tidak seperti yang dia katakan, maka dialah orang yang pantas menyandang sifat tersebut dan ucapannya itu kembali kepada dirinya. Adapun jika dia benar seperti yang ia katakan, ucapannya itu tidak kembali kepadanya sedikit pun lantaran ia benar dalam ucapannya.

Terjemahan: Inggris Urdu Spanyol Bengali Prancis Turki Rusia Bosnia Sinhala Indian China Persia Orang Vietnam Tagalog Kurdi Hausa Portugis Malayalam Swahili Thai Postho Assam Amhar Belanda Gujarat
Tampilkan Terjemahan

Faidah dari Hadis

  1. 1- Diharamkan menuduh orang dengan tuduhan kafir atau fasik tanpa alasan yang disyariatkan.
  2. 2- Kewajiban bersikap hati-hati dalam menjatuhkan tuduhan pada manusia.
  3. 3- Ibnu Daqīq Al-'Īd berkata, "Ini adalah ancaman besar bagi orang yang mengkafirkan seorang muslim padahal dia tidak seperti itu. Ini merupakan kesalahan besar."
  4. 4- Ibnu Ḥajar Al-'Asqalāniy berkata, "Tetapi tidak mesti perihal dia tidak kafir ataupun fasik dengan sebab itu kemudian dia tidak berdosa dalam ucapannya "engkau fasik". Melainkan ada perincian dalam ucapan ini. Jika ia bertujuan menasihatinya atau menasihati yang lain dengan cara menjelaskan keadaannya, hukumnya boleh. Tetapi, jika ia bertujuan mencelanya agar dia dikenal dengan itu dan murni untuk menyakitinya, hukumnya tidak boleh. Karena pada dasarnya, ia diperintahkan untuk menutupinya, mengajarinya dan menasihatinya dengan cara yang paling baik. Selama hal itu bisa ia lakukan dengan lembut, ia tidak boleh melakukannya dengan kasar; sebab hal itu dapat menyebabkannya terpancing dan bertahan di atas perbuatannya itu, sebagaimana tabiat banyak orang yang egois, terlebih jika orang yang mengajak berada di bawah kedudukan yang diajak."